Parent Life: Berada di Posisi Orang Tua
Banyak hal dari ibu saya yang saya protes dan tidak masuk logika saya ketika saya belum menikah dan punya anak. Tapi ternyata hal tersebut baru saya pahami saat ini. Kadang saya merasa bersalah dengan tingkah laku bahkan pikiran saya saat itu. kadang juga saya merasa saya mendapatkan karma atas apa yang saya pikirkan tentang ibu saya. Kali ini saya akan menulis beberapa hal yang menurut saya tidak semestinya seperti itu atau hal yang luput dari perhatian saya dan ternyata saat ini saya mengalaminya. Hal tersebut apa aja sih??
1. Dulu saya hampir selalu protes dab tidak habis pikir kenapa ibu saya begitu sibuk di dapur. Pagi-pagi sudah di dapur, siang bahkan sampai sore masih bolak balik di dapur. Apa lagi ketika semua anak-anak nya sedang di rumah semua. Sepertinya kegiatan beliau di dapur tidak ada hentinya. Dulu saya protes karena jika ibu terus-terusan di dapur itu artinya saya pun akan mendapatkan tugas lebih banyak untuk membantu ibu. Setelah menikah dan memiliki anak, saya baru paham kenapa seorang ibu akan lebih banyak menghabiskan waktunya di dapur atau dengan pekerjaan rumah tangga. Karena seorang ibu adalah nyawa dalam suatu rumah. Seorang ibu adalah satu-satunya manusia yang harus berpikir sekaligus bertindak untuk memenuhi kebutuhan pangan seisi rumah.
2. Dulu saya selalu merasa kenapa terlalu banyak aturan di dalam rumah, kenapa ibu saya terlalu bawel dengan ini itu yang harus saya lakukan. Misalnya menjemur handuk setelah dipakai, tidak tiap sebentar mengambil gelas baru untuk minum, atau segera mencuci piring setelah makan. Saat ini. Ternyata setelah saya menikah, saya baru menyadari kalau bukan ibu yang banyak bicara maka rumah tidak akan jelas bentuknya. Semuanya tidak akan terkendali dengan baik. Dan sesungguhnya menjadi bawel adalah hal yang melelahkan, jika semua anggota keluarga bisa melakukan semuanya sama baik dengan yang mereka lakukan dengan instruksi dan kebawelan seorang ibu. Maka seorang ibu akan memilih untuk menjadi ibu yang tidak bawel.
3. Dulu sebelum menjadi seorang ibu, saya tidak terlalu perhatian dengan hal remeh temeh di rumah seperti keset kamar mandi yang sudah basah, kamar mandi yang belum disikat, handuk basah yang berceceran. Saya dulu sempat kesal ketika ibu saya mengomel karena keset kamar mandi yang basah tapi tak seorangpun yang menggantinya dengan yang kering Setelah menjadi ibu saya baru tau rasanya jika setiap hal dirumah akan berujung padanya, anak dan suami mungkin tidak bisa mengerjakannya. Tapi seorang ibu dituntut untuk selalu bisa mengerjakan apapun dan kapan pun.
4. Dulu saya dengan mudahnya akan berkata "Yaudah Bu, tidak usah terlalu dipikirkan" atau "kenapa sih Ibu sulit tidur, kan tinggal merem aja". Sekarang saya baru tau rasanya bagaimana otak yang terlalu sibuk berpikir untuk hari esok sehingga membuat mata yang mengantuk sulit untuk terlelap. Benar apa yang dipikirkan bukanlah hal luar biasa sulit, tapi hal-hal tersebut penting untuk dipikirkan dan diputuskan demi kelancaran hidup dihari esok. Misalkan lauk apa yang harus saya masak esok atau materi atau media permainan apa yang harus saya siapkan untuk balita saya di rumah.
Sebenarnya masih banyak hal-hal yang akhirnya saya mengerti kenapa dilakukan oleh ibu saya. Dan seketika saat saya sadar rasanya ingin sekali menemui ibu saya dan memeluknya. Atau bahkan mungkin bersimpuh di kakinya memohon ampun atas segala ketidak perhatian saya akan keadaan ibu waktu itu. Fisik yang berada jauh dari ibu membuat hal tersebut sulit saya lakukan. Akhirnya yang bisa saya lakukan adalah memohon maaf lewat telepon dan selalu berdoa semoga yang ibu saya lakukan diganjar oleh pahala oleh Allah SWT. Aamiin
1. Dulu saya hampir selalu protes dab tidak habis pikir kenapa ibu saya begitu sibuk di dapur. Pagi-pagi sudah di dapur, siang bahkan sampai sore masih bolak balik di dapur. Apa lagi ketika semua anak-anak nya sedang di rumah semua. Sepertinya kegiatan beliau di dapur tidak ada hentinya. Dulu saya protes karena jika ibu terus-terusan di dapur itu artinya saya pun akan mendapatkan tugas lebih banyak untuk membantu ibu. Setelah menikah dan memiliki anak, saya baru paham kenapa seorang ibu akan lebih banyak menghabiskan waktunya di dapur atau dengan pekerjaan rumah tangga. Karena seorang ibu adalah nyawa dalam suatu rumah. Seorang ibu adalah satu-satunya manusia yang harus berpikir sekaligus bertindak untuk memenuhi kebutuhan pangan seisi rumah.
2. Dulu saya selalu merasa kenapa terlalu banyak aturan di dalam rumah, kenapa ibu saya terlalu bawel dengan ini itu yang harus saya lakukan. Misalnya menjemur handuk setelah dipakai, tidak tiap sebentar mengambil gelas baru untuk minum, atau segera mencuci piring setelah makan. Saat ini. Ternyata setelah saya menikah, saya baru menyadari kalau bukan ibu yang banyak bicara maka rumah tidak akan jelas bentuknya. Semuanya tidak akan terkendali dengan baik. Dan sesungguhnya menjadi bawel adalah hal yang melelahkan, jika semua anggota keluarga bisa melakukan semuanya sama baik dengan yang mereka lakukan dengan instruksi dan kebawelan seorang ibu. Maka seorang ibu akan memilih untuk menjadi ibu yang tidak bawel.
3. Dulu sebelum menjadi seorang ibu, saya tidak terlalu perhatian dengan hal remeh temeh di rumah seperti keset kamar mandi yang sudah basah, kamar mandi yang belum disikat, handuk basah yang berceceran. Saya dulu sempat kesal ketika ibu saya mengomel karena keset kamar mandi yang basah tapi tak seorangpun yang menggantinya dengan yang kering Setelah menjadi ibu saya baru tau rasanya jika setiap hal dirumah akan berujung padanya, anak dan suami mungkin tidak bisa mengerjakannya. Tapi seorang ibu dituntut untuk selalu bisa mengerjakan apapun dan kapan pun.
4. Dulu saya dengan mudahnya akan berkata "Yaudah Bu, tidak usah terlalu dipikirkan" atau "kenapa sih Ibu sulit tidur, kan tinggal merem aja". Sekarang saya baru tau rasanya bagaimana otak yang terlalu sibuk berpikir untuk hari esok sehingga membuat mata yang mengantuk sulit untuk terlelap. Benar apa yang dipikirkan bukanlah hal luar biasa sulit, tapi hal-hal tersebut penting untuk dipikirkan dan diputuskan demi kelancaran hidup dihari esok. Misalkan lauk apa yang harus saya masak esok atau materi atau media permainan apa yang harus saya siapkan untuk balita saya di rumah.
Sebenarnya masih banyak hal-hal yang akhirnya saya mengerti kenapa dilakukan oleh ibu saya. Dan seketika saat saya sadar rasanya ingin sekali menemui ibu saya dan memeluknya. Atau bahkan mungkin bersimpuh di kakinya memohon ampun atas segala ketidak perhatian saya akan keadaan ibu waktu itu. Fisik yang berada jauh dari ibu membuat hal tersebut sulit saya lakukan. Akhirnya yang bisa saya lakukan adalah memohon maaf lewat telepon dan selalu berdoa semoga yang ibu saya lakukan diganjar oleh pahala oleh Allah SWT. Aamiin
Comments
Post a Comment