Berkebun: Hidroponik di Rumah
Berkah masa pandemi buat saya salah satunya adalah saya punya waktu untuk melakukan hobi saya. Biasanya di rumah waktu yang saya punya habis untuk mengurus pekerjaan domestik ibu rumah tangga. Selama pandemi, ketika suami banyak bekerja dari rumah maka ada waktu yang bisa saya manfaatkan untuk melakukan hobi saya. Jadi suaminya ga kerjs di rumah? Kerja dong, kan waktu yang biasanya dihabiskan dijalan pergi dan pulang ke rumah sekitar 1 jam bisa dialokasikan untuk saya melakukan "me time".
Jadi hobi yang saya lakukan adalah bercocok tanam, memanfaatkan lahan pekarangan rumah. Tanaman yang saya tanam bermacam-macam mulai dari bunga hias, bumbu dapur dan sayuran. Saya mencoba menanam sayuran di lahan tanah langsung dengan membatas tanah yang akan dijadikan lahan sayuran dengan batako. Kemudian, di lahan tersebut ditambah pupuk kompos dan bibit bayam dan pakcoy saya sebar di lahan tersebut. Biji pakcoy dan bayam berhasil tumbuh, tapi tidak bertahan lama karena benih yang tumbuh habis dimakan tikus dan ayam tetangga.
Saya masih penasaran untuk menanam sayuran di pekarangan, jadi saya coba menanam menggunakan teknik hidroponik. Kali ini saya akan berkebun di halaman kecil yang resiko gangguan ayam dan tikus lebih kecil. Idealnya menanam dengan teknik hidroponik ini dilakukan di dalam green house, namun kali ini saya mencoba memanfaatkan teras rumah saja untuk meminimalisir budget yang dikeluarkan.
Peralatan dan bahan yang saya beli diantaranya:
1. Nutrisi tumbuhan AB mix yang banyak dijual online.
Nutrisi ini saya beli kemasan kecil untul 500 ml stok pekatan yaitu dengan harga 25 ribu. Saya sengaja membeli kemasan kecil ini, karena ini adalah kali pertama saya mencoba berkebun hidroponik.
2. Rockwool
Rockwool saya gunakan untuk menyemai benih sayuran. Saya beli satu blok seharga 30 ribu.
3. Gelas ukur plastik
Sebenarnya gelas ukur bisa saja menggunakan gelas ukur yang biasa saya pakai untuk di dapur. Saya beli karena saya tidak mau mencampur barang yang digunakan untuk makanan dan berkebun.
4. Kain flanel
Kain flanel bisa diganti dengan baju bekas, tapi untuk memudahkan saya memilih membeli kain flanel.
5. Net pot
Net pot bisa menggunakan gelas plastik bekas minuman. Saya beli karena tidak punya gelas plastik bekas. Saya beli online dengan harga 800 rupiah. Saya hanya membeli 20 net pot untuk awal berkebun. Nantinya saya akan memulai mengumpulkan gelas plastik bekas untuk penanaman berikutnya.
6. Bak plastik
Bak plastik sebenarnya juga bisa memanfaatkan barang yang ada di rumah. Saya beli karena di rumah tidak punya😂.
7. Stereofom
Stereofom untuk mengganjal net pot diatas bak nutrisi nantinya. Sebenar bisa juga menggunakan barang bekas yang ada di rumah.
8. Bibit sayuran
Bibit sayuran yang saya beli yaitu bibit sayuran repack dengan harga lima ribu per bungkus. Saya membeli bibit seledri dan selada dan diberi bonus bibit bayam. Di rumah saya juga sudah punya bibit pakcoy.
Peralatan lain yang saya gunakan yaitu diantaranya:
1. botol untuk stok pekatan nutrisi dan nutrisi yang sudah diencerkan. Saya menggunakan botol plastik bekas madu ukuran 500 ml.
2. Pipet bekas obat sirup anak, untuk mengambil stok pekatan nutrisi yang akan diencerkan.
3. Pisau, gunting, pengaduk.
4. Hydrogel sebagai penegak tanaman saat dipindahkan netpot. Bisa menggunakan media lain seperti sekam atau serpihan batako. Saya menggunakan hydrogel karena kebetulan di rumah ada hydrogel sisa mainan anak-anak.
Sore ini saya baru saja menyemai pakcoy, selada dan seledri. Evaluasi untuk kegiatan awal ini yaitu pemotongan rockwool yang tidak rapih dan ukurannya berbeda-beda. Semoga benih-benih yang saya semai bisa tumbuh dengan subur sampai waktunya dipanen.
Comments
Post a Comment